Beberapa tahun terakhir, penerapan flexible working arrangement seperti hybrid dan flexible time menjadi strategi adaptif banyak perusahaan untuk menjaga keberlangsungan operasional dan performance karyawan. Namun, fleksibilitas ini turut menghadirkan tantangan baru dalam hal koordinasi, kontrol, serta hubungan antara atasan dan bawahan. Karyawan memiliki keterbatasan pada fasilitas jika bekerja dari rumah dan respon karyawan sedikit lambat dibandingkan kerja di kantor. Dalam konteks ini, gaya kepemimpinan menjadi penting untuk disesuaikan dengan kebutuhan bawahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya situational leadership—yang terdiri dari dimensi instruksi, konsultasi, partisipasi, dan delegasi—dengan kinerja karyawan dalam konteks kerja fleksibel. Penelitian dilakukan di Perusahaan X yang menerapkan flexible working arrangement, menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei terhadap 112 karyawan. Data dikumpulkan menggunakan alat ukur situational leadership dan Individual Work Performance Questionnaire (IWPQ), lalu dianalisis dengan uji korelasi Spearman’s menggunakan program JASP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat gaya situational leadership memiliki hubungan positif dan signifikan dengan employee performance di Perusahaan X. Data ini menunjukkan pemimpin di organisasi modern dengan flexible working arrangement seperti Perusahaan X perlu memiliki fleksibilitas gaya kepemimpinan untuk menunjang kinerja karyawan. Temuan ini menegaskan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung pada bagaimana gaya kepemimpinan dirasakan dan dimaknai oleh bawahan, terutama dalam konteks kerja fleksibel. |