Pendidikan inklusi menjamin hak setiap anak, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK), untuk mendapatkan pendidikan tanpa diskriminasi. Namun, implementasinya masih menghadapi berbagai tantangan, terutama kesiapan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap guru sekolah dasar terhadap pendidikan inklusi serta faktor-faktor yang memengaruhinya, seperti pengalaman mengajar, tingkat pendidikan, usia, dan dukungan fasilitas. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain survei cross-sectional dengan convenience sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner online menggunakan alat ukur Multidimensional Attitudes Toward Inclusive Education Scale (MATIES) oleh Mahat (2008). Pada penelitian ini, terdapat 63 guru sekolah dasar inklusi di Jakarta dan Tangerang yang memiliki pengalaman mengajar minimal dua tahun (M = 7.937, SD = 6.631). Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan uji beda (Independent Samples T-Test dan ANOVA) dengan software JASP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, sikap guru berada pada kategori sedang hingga tinggi. Dimensi perilaku menunjukkan rata-rata tertinggi, diikuti afektif dan kognitif. Tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam sikap guru berdasarkan pengalaman mengajar, usia, wilayah, latar belakang pendidikan, maupun ketersediaan fasilitas. Namun secara deskriptif, guru dengan pengalaman = 7 tahun dan dukungan fasilitas cenderung memiliki sikap yang lebih positif. Penelitian ini menegaskan pentingnya pelatihan, dukungan sistemik, dan peningkatan pemahaman guru untuk memperkuat implementasi pendidikan inklusi secara menyeluruh. |