Yoga semakin dikenal sebagai salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk mendukung kesehatan mental, termasuk bagi pekerja kantoran yang rentan mengalami stres akibat tuntutan pekerjaan. Aktivitas ini diyakini dapat membantu meningkatkan subjective well-being melalui pengelolaan emosi dan relaksasi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi yoga dan subjective well-being pada pekerja kantoran di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan melibatkan 130 partisipan yang aktif berlatih yoga. Instrumen pengukuran yang digunakan meliputi The Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman karena data tidak terdistribusi normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi yoga dan subjective well-being secara keseluruhan. Namun, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara frekuensi yoga dan afek negatif (SPANE-N), yang mengindikasikan bahwa semakin sering seseorang melakukan yoga, semakin rendah kecenderungannya mengalami emosi negatif. Selain itu, uji beda juga menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam subjective well-being dan frekuensi yoga berdasarkan jenis yoga yang dipilih. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun frekuensi yoga tidak secara langsung meningkatkan subjective well-being secara keseluruhan, praktik yoga tetap relevan sebagai strategi pendukung kesehatan mental di lingkungan kerja. |