Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola self-disclosure yang dilakukan oleh generasi Z di aplikasi kencan daring Bumble. Permasalahan utama dalam penelitian ini berangkat dari fenomena rendahnya keterbukaan diri generasi Z di platform digital, sementara itu, mereka memiliki keinginan yang kuat untuk membangun hubungan romanti. Kondisi ini menciptakan kontradiksi, di satu sisi muncul kebutuhan untuk berinteraksi dengan calon pasangan, namun di sisi lain terdapat keraguan dalam membuka diri secara daring.Penelitian ini menggunakan teori interpersonal communication, uses and gratification, self-disclosure, uncertainty reduction, social penetration, dan romantic relation untuk memahami motivasi, proses keterbukaan diri, pengurangan ketidakpastian, serta dinamika hubungan yang terbentuk melalui interaksi di aplikasi kencan daring seperti Bumble. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analisis isi terhadap 30 profil pengguna aplikasi Bumble, serta dilengkapi dengan wawancara mendalam kepada 5 responden terpilih guna memperoleh pemahaman lebih dalam mengenai motivasi dan pengalaman personal mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa generasi Z cenderung melakukan self-disclosure terbatas. Informasi yang umum diungkapkan mencakup nama, usia, zodiak, lokasi, dan foto sebagai upaya membangun kesan awal. Namun, aspek pribadi lain seperti akun media sosial, pandangan politik, pekerjaan, dan nilai-nilai pribadi cenderung tidak diungkapkan. Temuan ini mengindikasikan bahwa keterbukaan yang selektif menjadi strategi dalam membangun ketertarikan sekaligus menjaga privasi. |