Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana individu transgender dewasa muda mengalami dan memaknai psychological well-being dalam kehidupan sehari-hari mereka. Masa dewasa muda merupakan fase yang penuh dengan proses pencarian identitas dan kemandirian, yang bagi individu transgender seringkali diiringi oleh dinamika sosial, tekanan dari keluarga, serta keterbatasan dalam mengekspresikan identitas secara terbuka. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini melibatkan lima partisipan transgender berusia 18–25 tahun melalui wawancara mendalam. Proses analisis dilakukan secara tematik, dengan mengacu pada enam dimensi psychological well-being dari Ryff, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pengalaman psychological well-being tidak seragam antar partisipan, melainkan terbentuk dari narasi-narasi unik yang dipengaruhi oleh kondisi sosial dan hubungan interpersonal. Beberapa partisipan membagikan cerita tentang bagaimana dukungan teman atau komunitas memberi ruang bagi mereka untuk merasa lebih diterima dan berkembang. Sebaliknya, ada pula yang masih menghadapi kesulitan dalam menjalin hubungan atau menemukan ruang aman untuk menjadi diri sendiri. Cerita-cerita ini menunjukkan bahwa psychological well-being tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial yang mengelilingi individu, dan bahwa pengalaman personal sangat berperan dalam membentuk cara mereka memandang diri dan kehidupannya. Penelitian ini membuka ruang pemahaman yang lebih empatik terhadap pengalaman transgender, serta pentingnya pendekatan yang tidak hanya berbasis teori, tetapi juga mendengar cerita mereka secara langsung. |