Hubungan bilateral antara Jepang dan Indonesia telah terjalin selama lebih dari 60 tahun dengan kerja sama erat di berbagai sektor, termasuk ekonomi dan sumber daya manusia. Motif ekonomi menjadi pendorong utama yang menjadikan kedua negara sebagai mitra strategis. Sebagai dua negara dengan budaya berkonteks tinggi, pemahaman terhadap pola komunikasi antarbudaya menjadi elemen penting dalam membangun hubungan bisnis yang sukses. Untuk menjembatani kesenjangan yang muncul akibat adanya perbedaan nilai budaya, diperlukan kehadiran mediator untuk memfasilitasi dialog. Penelitian ini menganalisis interaksi bisnis antara Indonesia dan Jepang berdasarkan teori antarbudaya Hall serta mengkaji peran ASEAN Nagoya Club sebagai aktor non-negara dalam mengakselerasi kerja sama bilateral kedua negara. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan studi dokumen. Data dianalisis menggunakan teknik analisis konten berdasarkan panduan Bardin yang melibatkan tiga tahap: pre-analisis, eksploitasi materi, serta pengolahan dan interpretasi data yang melibatkan perbandingan mendalam antara landasan teori yang telah ditetapkan data empiris yang ditemukan dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pemahaman antarbudaya merupakan elemen penting dalam kerja sama bilateral Indonesia dan Jepang, 2) ekosistem bisnis yang sehat dan kondusif merupakan faktor pendukung bagi keberlangsungan investasi asing di Indonesia, dan 3) aktor non-negara memiliki peran penting dalam memfasilitasi hubungan kerja sama Indonesia Jepang. |