Entrepreneurial human capital (EHC) merujuk pada kombinasi keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki individu yang mendukung kegiatan kewirausahaan. Modal ini tidak hanya mencakup pendidikan formal tetapi juga pembelajaran informal yang diperoleh melalui pengalaman hidup dan jaringan sosial yang terbentuk di sekitar individu tersebut. Sementara kreativitas berfungsi sebagai salah satu pilar penting dalam perkembangan masyarakat modern, untuk menghadapi tantangan kompleks memerlukan solusi inovatif. Kreativitas bukan hanya tentang menghasilkan ide-ide baru, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi dalam konteks sosial dan budaya yang berubah. Entrepreneurial human capital dan kreativitas menjadi modal awal seseorang berwirausaha. Pengembangan kewirausahaan atau UMKM menjadi perhatian pemenerintah karena sektor UMKM berkontribusi sangat besar pada perekonomian Indonesia. Pada tahun 2023, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM, jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah mencapai 65,5 juta unit usaha. Dengan komposisi usaha mikro sebesar 97%, usaha kecil sebesar 2 % dan usaha menengah sebesar 1 %. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 61% atau senilai 9.580 triliun. Kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja nasional juga sangat besar, yaitu 97% dari total tenaga kerja. Namun di tengah meningkatnya kegiatan kewirausahaan, rating kewirausahaan Indonesia masih berada pada posisi menengah. Menurut GEDI (Global Entrepreuneurship Development Institution) pada tahun 2019 posisi Indonesia pada peringkat 75 dari 137 negara. Hal ini menunjukkan, banyaknya jumlah unit usaha di Indonesia tidak berbanding lurus dengan peningkatan/rasio kewirausahaan yang berdampak pada rendahnya daya saing Indonesia. Berdasarkan hasil survei Global Competitiveness Index oleh International Institute for Management Development (IMD), tahun 2023, tingkat daya saing Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 67 negara yang diteliti. Di sisi lain, berdasarkan survei World Economic Forum (2019), sebanyak 35,5 persen pemuda usia 15 s.d. 35 tahun di Indonesia ingin menjadi pengusaha. Persepsi tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN. Berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah untuk penguatan kewirausahaan dan UMKM, termasuk berkolaborasi dengan sektor swasta dengan mengeluarkan Undang-undang dan Peraturan yang mewajibkan Badan Usaha melakukan kegiatan pengembangan masyarakat di area operasional masing-masing melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini juga termasuk pada badan usaha pertambangan, yang kegiatan CSR dikenal dengan PPM (Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat) dan diatur pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 1824 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan PPM (Kepmen 1824). PT Pelsart Tambang Kencana (PT PTK) sebagai badan usaha pertambangan juga melaksanakan berbagai program PPM dalam bidang pengembangan/kemandirian ekonomi. Dalam hal ini adalah pengembangan kewirausahaan bidang peternakan bebek di desa Ring 1 perusahaan, yaitu Desa Buluh Kuning dan Desa Gendang Timburu. Program ini telah mencetak 2 kelompok wirausaha yang sebelumnya belum pernah menjadi pengusaha menjadi usaha kelompok penghasil telur bebek pertama di desa tersebut. Dengan metode kulitatif deskriptif, Peneliti mengumpulkan data menggunakan pedoman wawancara kepada Informan kunci dan Informan triangulasi untuk menkonfirmasi data yang dikumpulkan. Penelitian akan menganalisis entrepreneurial human capital terhadap kreativitas wirausahawan pedesaan dengan studi kasus kelompok peternak bebek binaan PT Pelsart Tambang Kencana Pengembangan kewirausahaan atau UMKM menjadi perhatian pemenerintah karena sektor UMKM berkontribusi sangat besar pada perekonomian Indonesia. Pada tahun 2023, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM, jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah mencapai 65,5 juta unit usaha. Dengan komposisi usaha mikro sebesar 97%, usaha kecil sebesar 2 % dan usaha menengah sebesar 1 %. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 61% atau senilai 9.580 triliun. Kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja nasional juga sangat besar, yaitu 97% dari total tenaga kerja. Namun di tengah meningkatnya kegiatan kewirausahaan, rating kewirausahaan Indonesia masih berada pada posisi menengah. Menurut GEDI (Global Entrepreuneurship Development Institution) pada tahun 2019 posisi Indonesia pada peringkat 75 dari 137 negara. Hal ini menunjukkan, banyaknya jumlah unit usaha di Indonesia tidak berbanding lurus dengan peningkatan/rasio kewirausahaan yang berdampak pada rendahnya daya saing Indonesia. Berdasarkan hasil survei Global Competitiveness Index oleh International Institute for Management Development (IMD), tahun 2023, tingkat daya saing Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 67 negara yang diteliti. Di sisi lain, berdasarkan survei World Economic Forum (2019), sebanyak 35,5 persen pemuda usia 15 s.d. 35 tahun di Indonesia ingin menjadi pengusaha. Persepsi tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN. Berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah untuk penguatan kewirausahaan dan UMKM, termasuk berkolaborasi dengan sektor swasta dengan mengeluarkan Undang-undang dan Peraturan yang mewajibkan Badan Usaha melakukan kegiatan pengembangan masyarakat di area operasional masing-masing melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini juga termasuk pada badan usaha pertambangan, yang kegiatan CSR dikenal dengan PPM (Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat) dan diatur pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 1824 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan PPM (Kepmen 1824). PT Pelsart Tambang Kencana (PT PTK) sebagai badan usaha pertambangan juga melaksanakan berbagai program PPM dalam bidang pengembangan/kemandirian ekonomi. Dalam hal ini adalah pengembangan kewirausahaan bidang peternakan bebek di desa Ring 1 perusahaan, yaitu Desa Buluh Kuning dan Desa Gendang Timburu. Program ini telah mencetak 2 kelompok wirausaha yang sebelumnya belum pernah menjadi pengusaha menjadi usaha kelompok penghasil telur bebek pertama di desa tersebut. Dengan metode kulitatif deskriptif, Peneliti mengumpulkan data menggunakan pedoman wawancara kepada Informan kunci dan Informan triangulasi untuk menkonfirmasi data yang dikumpulkan. Penelitian akan menganalisis entrepreneurial human capital terhadap kreativitas wirausahawan pedesaan dengan studi kasus kelompok peternak bebek binaan PT Pelsart Tambang Kencana |