Krisis identitas diri merupakan salah satu isu psikososial yang umum terjadi. Berawal dari kebingungan terhadap identitas diri, krisis identitas diri dapat muncul dalam diri seseorang. Film Barbie mengangkat tema pencarian jati diri, terutama terjadinya krisis identitas diri yang dialami perempuan dan laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana audiens memaknai pesan krisis identitas diri dalam film Barbie. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah krisis identitas diri oleh Erikson pada emerging adulthood perempuan dan laki-laki, serta analisis resepsi oleh Stuart Hall. Posisi pemaknaan khalayak dibagi menjadi tiga, yaitu dominant-hegemonic position (sepenuhnya memahami dan menyetujui pesan yang disampaikan dalam film), negotiated position (menerima pesan yang diberikan dalam film, namun tidak sepenuhnya setuju dan memiliki pemahamannya sendiri), dan oppositional position (informan menerima pesan yang diberikan dalam film, namun tidak menyetujuinya). Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara semiterstruktur kepada 7 informan, serta studi dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat tiga informan pada dominant-hegemonic position, tiga informan pada negotiated position, dan satu informan pada oppositional position. |