Debat menjadi salah satu momen penting dalam gelaran kampanye Pemilihan Umum di Indonesia. Dari lima debat yang dilaksanakan pada Pemilu 2024, debat kelima menjadi debat terakhir yang menjadi debat pamungkas yang membantu pemilih mengunci pilihannya. Namun pada kenyataannya, debat kelima yang diharapkan berlangsung alot justru berlangsung sebaliknya. Tidak tersajikan debat dengan upaya adu gagasan, karena calon presiden memilih untuk bermain aman. Banyak media berita online yang memberitakan kekecewaan terhadap pelaksanaan debat kelima ini. Ungkapan debat kelima yang antiklimaks, tidak seru, membosankan, tidak inovatif, hingga kolaboratif banyak digunakan dalam pemberitaannya. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembingkaian yang dilakukan oleh sembilan media berita online di Indonesia, tentang pemberitaan debat calon presiden kelima Pemilu 2024. Penelitian ini termasuk sebagai penelitian kualitatif dengan metode studi kasus melalui praktik analisis framing pada 20 berita pada sembilan media online di Indonesia. Setiap berita dianalisa menggunakan empat elemen framing milik Robert N. Entman, yaitu define problems, diagnose causes, make moral judgements, dan treatment recommendations. Hasil penelitian menunjukan bahwa debat kelima diberitakan menggunakan bingkai yang beragam. Terdapat enam framing utama yang digunakan oleh media. Bingkai yang paling banyak adalah bingkai bahwa debat kelima berlangsung antiklimaks, datar, dan membosankan. Dari total 20 berita, terdapat 9 berita yang memiliki sentimen negatif & netral, dua berita lainnya memiliki sentimen positif. Lewat penelitian ini juga membuktikan efek framing yaitu adanya penonjolan yang membuat beberapa informasi menjadi diabaikan. |