Penyalahgunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah yang kompleks, dengan salah satu dampak signifikan berupa stigma masyarakat terhadap mantan pengguna narkoba. Stigma tersebut dapat termanifestasi dalam bentuk pelabelan negatif, stereotip, diskriminasi, pemisahan, dan kekuasaan, yang secara langsung menghambat proses pemulihan serta meningkatkan risiko relapse. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan resiliensi mantan pengguna narkoba dewasa muda dalam menghadapi stigma masyarakat guna mencegah relapse. Kerangka teori yang digunakan adalah model resiliensi Grotberg (1999), yang terdiri dari tiga dimensi utama: I Have (dukungan sosial), I Am (keyakinan diri), dan I Can (kemampuan adaptif dan pemecahan masalah). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi untuk mengeksplorasi pengalaman partisipan secara mendalam. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur terhadap tiga mantan pengguna narkoba dewasa muda yang telah abstinen selama lebih dari dua tahun. Partisipan dipilih menggunakan metode criterion sampling dengan mempertimbangkan karakteristik relevan seperti pengalaman stigma sosial dan lama bebas narkoba. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan pendekatan fenomenologi oleh Miles dan Huberman, melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan metode member checking guna memastikan keabsahan data yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi merupakan faktor penting dalam mengatasi stigma masyarakat, yang diwujudkan melalui interaksi antara dimensi I Have (dukungan sosial), I Am (keyakinan diri), dan I Can (kemampuan adaptif dan pemecahan masalah) yang saling memperkuat. Dukungan sosial yang kuat, optimisme, tanggung jawab personal, serta keterampilan adaptif dalam menyelesaikan masalah, berkontribusi dalam membangun resiliensi terhadap stigma. Dengan demikian, penelitian ini merekomendasikan pengembangan intervensi berbasis resiliensi yang mencakup peningkatan dukungan sosial, pelatihan keterampilan pribadi, serta kampanye anti-stigma untuk menciptakan lingkungan sosial yang lebih inklusif. Temuan ini memberikan kontribusi teoretis dalam literatur resiliensi serta implikasi praktis untuk program rehabilitasi mantan pengguna narkoba. |