Masa remaja menjadi fase pencarian identitas diri melalui pemahaman tentang konsep dirinya. Aspek konsep diri dibagi menjadi dua yaitu konsep diri akademik dan non-akademik yang membahas mengenai hubungan individu dengan orang lain. Lingkungan yang paling dekat dengan remaja adalah keluarga, sehingga orang tua secara dominan berperan dalam pengasuhan dan perawatan anak remaja dan hal tersebut memengaruhi bagaimana konsep diri mereka terbentuk. Peran orang tua bersifat melengkapi, ibu berperan dominan dalam pengasuhan, sedangkan ayah berperan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun, perceraian kedua orang tua dapat menjadi salah satu penyebab hilangnya peran ayah di kehidupan remaja. Ketika seorang remaja kehilangan peran ayahnya, maka hal tersebut dapat memberikan dampak terhadap hubungan sosial dan harga diri individu.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran konsep diri remaja perempuan yang mengalami ketidakhadiran ayah. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Terdapat tiga partisipan yang merupakan remaja perempuan usia 12-18 tahun dan mengalami ketidakhadiran ayah yang telah diwawancara menggunakan metode semi-structured interview sebanyak dua kali pada setiap partisipan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakhadiran ayah menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan remaja dan memberikan dampak terhadap perkembangan konsep diri, baik dari segi akademik maupun non-akademik. Secara akademik, partisipan mengalami pembentukan konsep diri yang positif sehingga mampu menjalani aktivitas akademik dan memperoleh hasil pencapaian prestasi akademik dengan baik. Ketidakhadiran ayah juga memberikan dampak terhadap perkembangan konsep diri non-akademik secara sosial, fisik dan emosi. Partisipan memiliki hubungan sosial yang cenderung positif, memiliki penilaian positif terhadap penampilan fisik, dan cenderung memiliki stabilitas emosi dalam kehidupan sehari-hari. |