bu bekerja sering mengalami stress karena peran ganda, yang semakin menekan jika memiliki anak dengan disleksia. Stress yang dialami ibu membuat mereka harus mengembangkan strategi coping stress untuk menghadapi tantangan yang muncul. Penelitian ini bertujuan untuk menggali gambaran stress yang dialami ibu bekerja dengan anak disleksia serta upaya coping stress yang mereka lakukan. Penelitian ini menggunakan teori stress Lazarus dan Folkman, yang dievaluasi melalui sumber stress dan reaksi stress yang dialami, serta teori coping stress dari Carver yang terdiri dari dimensi problem-focused coping, emotion-focused coping, dan maladaptive coping. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan tiga partisipan yang dipilih melalui metode purposeful sampling, yaitu ibu yang bekerja 6-8 jam per hari dengan anak usia 6-12 tahun yang mengalami disleksia. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur satu hingga dua kali per partisipan, lalu dianalisis dengan thematic analysis dan validasi member checking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stress dan coping stress ketiga partisipan bervariasi, namun jenis pekerjaan dan dukungan lingkungan berkontribusi signifikan terhadap stress yang dialami dan cara mereka mengatasinya. Meskipun stress yang dialami tidak terduga, berdampak besar, dan berlangsung lama, partisipan tetap mampu menyeimbangkan peran ganda mereka. Mereka menerapkan problem-focused coping dengan mengatur jadwal kerja sesuai kebutuhan anak, serta emotion-focused coping seperti menerima masalah, mencari dukungan sosial, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Beberapa partisipan sempat menggunakan maladaptive coping dengan tenggelam dalam stress atau melampiaskannya secara negatif, namun kini mereka berusaha memenuhi kebutuhan anak sambil menjaga keseimbangan pekerjaan dan keluarga demi kondisi yang lebih adaptif. |