Anak dengan gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) menghadapi kesulitan dalam mengatur perilaku mereka, yang seringkali memengaruhi hubungan mereka dengan orang tua, terutama ibu sebagai pengasuh utama. Gangguan ADHD pada anak, seperti perilaku impulsif, hiperaktif, dan kesulitan fokus, dapat memengaruhi kesejahteraan ibu secara signifikan dan berdampak pada kualitas pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat resiliensi ibu tunggal yang memiliki anak ADHD. Penelitian ini menggunakan teori resiliensi Kumpfer yang terdiri dari enam dimensi untuk menjelaskan resiliensi seseorang, yaitu tantangan atau sumber stres, lingkungan, interaksi antara individu dengan lingkungan, karakteristik individu, proses resiliensi, dan hasil yang positif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Partisipan dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan semi-structured interviews dengan pertanyaan terbuka. Analisis data menggunakan metode thematic analysis dengan member checking sebagai validasi data. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 2 orang. Kuesioner Parental Resilience diberikan untuk memetakan kondisi resiliensi partisipan saat ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua partisipan mampu mencapai adaptasi yang positif dan memiliki resiliensi yang tinggi dalam menjalankan keseharian sebagai ibu tunggal yang mengasuh anak ADHD. Tantangan utama meliputi pengelolaan emosi saat menghadapi tantrum anak, masalah finansial, dan akses pendidikan inklusi, terutama bagi partisipan di luar Jakarta. Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan kerja menjadi faktor protektif utama, sementara strategi koping seperti ibadah dan me time membantu meregulasi stres. Diskusi penelitian ini menegaskan bahwa resiliensi ibu tunggal dipengaruhi oleh faktor internal, lingkungan, dan interaksi antara individu dengan lingkungan, yang membangun pola pengasuhan efektif dan menjalankan peran dengan optimisme. |