Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peran vital dalam pengembangan intelektual, emosional, dan sosial anak, serta menjadi dasar bagi perkembangan mereka di tahap selanjutnya. Meskipun PAUD inklusi wajib diterapkan sesuai regulasi pemerintah, banyak guru PAUD di Indonesia belum memenuhi standar kompetensi yang diperlukan. Adanya kesenjangan antara sumber daya dalam diri dengan tuntutan pekerjaan dapat menimbulkan stres okupasional, yang selanjutnya juga berhubungan erat dengan keterlibatan guru (teacher engagement) dalam aktivitas belajar mengajar. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan guru (teacher engagement) dapat mempengaruhi tingkat stres, dan sikap guru terhadap pendidikan inklusi juga berperan dalam membentuk kualitas pengajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara sikap guru terhadap pendidikan inklusi dan stres okupasional, dengan teacher engagement sebagai mediator. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan partisipan guru PAUD inklusi. Jumlah partisipan sebanyak 155 orang, dipilih menggunakan teknik convenience sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur sikap terhadap pendidikan inklusi, teacher engagement, dan stres okupasional, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi dengan model mediasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap positif guru terhadap pendidikan inklusi secara signifikan memprediksi penurunan stres okupasional. Sebaliknya, teacher engagement secara positif dan signifikan memprediksi peningkatan stres okupasional, yang diduga berkaitan dengan daily challenge stressor yang dapat mendorong pertumbuhan pribadi. Efek total sikap terhadap pendidikan inklusi yang dimediasi oleh teacher engagement tetap menunjukkan kontribusi negatif signifikan terhadap stres okupasional, dengan teacher engagement berperan sebagai mediator parsial. |