Kematian orang tua merupakan salah satu pengalaman paling stres dalam hidup yang menempatkan individu pada situasi berduka (bereavement). Pengalaman ini dapat memengaruhi kesehatan mental dewasa muda, yang masih bergantung pada orang tua sebagai figur kelekatan utama. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat gambaran strategi coping yang dimiliki oleh dewasa muda yang mengalami kehilangan orang tua serta peran gaya kelekatan yang dimiliki dalam mempengaruhi cara coping. Pendekatan yang digunakan merupakan kualitatif deskriptif melalui wawancara semi terstruktur yang dilakukan pada tiga individu yatim atau piatu yang mengalami kematian orang tua 1 bulan sampai 2 tahun sebelum wawancara. Ketiga individu memiliki gaya kelekatan yang berbeda, yaitu secure attachment, anxious attachment, atau avoidant attachment. Metode thematic analysis digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan membuat interpretasi dari tema-tema yang ditemukan dalam data kualitatif. Identifikasi grief coping dilakukan dengan memetakan osilasi sesuai teori Dual-Process Model (DPM) of Coping with Bereavement dan identifikasi attachment style dilakukan dengan teori Bowlby. Saat pengambilan data, dua dari tiga partisipan telah menjalankan coping yang sehat, terlihat dari adanya osilasi seimbang antara LO (loss-oriented) dan RO (restoration-oriented) sesuai dengan teori DPM. Satu partisipan dengan gaya kelekatan avoidance menunjukkan fokus osilasi yang lebih berat ke RO. Faktor individu seperti didikan dari orang tua, social support system, dan pengalaman pribadi juga berdampak terhadap pola osilasi yang dialami. Ditemukan juga kesamaan bahwa grief work membantu partisipan menjalankan osilasi yang lebih sehat. Perbedaan dalam bentuk kedekatan secara fisik dan emosional dengan orang tua juga ditemukan berdampak pada fokus osilasi. |