Saat ini perkembangan infrastruktur komunikasi, serta penggunaan perangkat canggih di Indonesia sangat pesat. Ketersediaan bandwidth yang besar menjadi wajib dan menjadi kebutuhan primer yang digunakan oleh manusia, sehingga membutuhkan perubahan yang cepat dalam pembangunan infrastruktur yang maju, untuk menunjang kehadiran dan kemunculan layanan-layanan masa kini, seperti: cloud, video ultra-HD, smart homes, sistem seluler 5G, dan Internet of Things (IoT). Untuk merancang topologi jaringan Fiber To The Home (FTTH) dan Hybrid Fiber-Coaxial (HFC) menggunakan software Optisystem, langkah pertama adalah memilih komponen yang sesuai dengan kebutuhan jaringan. Dalam Optisystem, peneliti dapat menentukan parameter seperti panjang gelombang, daya transmisi, dan jenis modulasi. Setelah itu, peneliti mengatur topologi dengan menghubungkan komponen-komponen tersebut sesuai dengan skema jaringan yang diinginkan, baik untuk FTTH maupun HFC. Kesimpulan dari analisis ini menunjukkan bahwa kedua teknologi, FTTH dan HFC, memiliki kemampuan untuk mendukung jarak maksimum transmisi 20 kilometer dengan sistem WDM 4 panjang gelombang dan melayani 32 pengguna akhir. Rata-rata Q-factor untuk FTTH adalah 13,49, sedangkan untuk HFC adalah 7,475, dengan perbedaan sekitar 44,59% yang mengindikasikan bahwa FTTH memiliki keunggulan dalam hal kualitas sinyal. Namun, perbedaan ini, menandakan bahwa kedua teknologi tersebut dapat diandalkan untuk menyediakan layanan komunikasi yang efisien dan berkualitas karena nilai Q-faktor lebih besar dari 6. |