Generasi Z memiliki ambisi dan berkeinginan kuat untuk terus berkembang, seperti kepercayaan akan pentingnya mencapai stabilitas finansial dan kesuksesan dengan terus-menerus bekerja. Kondisi ini memunculkan fenomena hustle culture pada Generasi Z, yaitu gaya hidup untuk mengutamakan perilaku kerja keras tanpa henti dengan waktu istirahat yang sangat sedikit demi merasakan kebahagiaan karena kesuksesan yang telah dicapai. Kondisi ini menjadi perhatian karena hasil penelitian American Psychological Association (APA) menyatakan bahwa Generasi Z merupakan kelompok generasi dengan kesehatan mental terburuk. Salah satu hal yang dianggap mungkin berkontribusi akan buruknya kondisi kesehatan mental Generasi Z adalah hustle culture. Maka, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan hustle culture dengan kebahagiaan pada Generasi Z yang bekerja di Jakarta.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan melibatkan 207 partisipan Generasi Z yang sedang bekerja di Jakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah non-probability sampling, yaitu convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Hustle Culture dan Skala Kebahagiaan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan teknik analisis korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara hustle culutre dan kebahagiaan. Hal ini diperkirakan karena faktor subjektivitas kebahagiaan serta tidak adanya kriteria dan pertanyaan konfirmasi pelaku hustle culture pada kuisioner, sehingga tidak dapat dipastikan seluruh partisipan merupakan pelaku hustle culture. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kebahagiaan laki-laki dan perempuan serta tidak adanya hubungan yang signifikan antara hustle culture dan setiap aspek kebahagiaan. Saran praktis bagi para Generasi Z pelaku hustle culture, diharapkan dapat mempertimbangkan kembali pemberlakukan hustle culture dalam bekerja. |