Salah satu tanaman herbal asli Indonesia yang belum banyak dieksplorasi adalah kratom (Mitragyna speciosa Korth.). Daun kratom sudah digunakan sejak dahulu sebagai pengobatan tradisional dengan konstituen utamanya, mitragynine. Potensi senyawa mitragynine masih terus diteliti untuk membuktikan adanya efek farmakologis lainnya yang dapat dibuktikan. Penelitian ini berfokus pada optimasi metode ekstraksi senyawa mitragynine yang terkadung dalam kratom. Penelitian ini akan membandingkan tiga metode ekstraksi, yaitu maserasi, refluks, dan soxhlet dimana menggunakan pelarut metanol untuk mengekstraksi senyawa mitragynine dari daun kratom. Setiap metode ekstraksi menggunakan 15 gram daun kratom dengan 300 mL pelarut, dan waktu ekstraksi selama 6 jam. Larutan standar mitragynine akan dijadikan sebagai standar pembanding untuk membuat kurva baku yang akan digunakan untuk mengetahui kadar senyawa mitragynine yang terdapat dalam masing-masing ekstrak menggunakan High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC). Yield tertinggi dari ekstrak metanol diperoleh dari metode refluks (13,816%), diikuti oleh soxhlet (13,049%) dan maserasi (8,999%). Analisis kadar mitragynine dilakukan menggunakan HPTLC, menunjukkan bahwa maserasi menghasilkan kadar tertinggi (6,496 ± 0,111%), diikuti oleh soxhlet (6,147 ± 0,290%) dan refluks (6,197 ± 0,332%). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan antar metode ekstraksi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam mengekstraksi senyawa mitragynine dalam kratom, namun dapat memberikan perbedaan nilai yield yang diperoleh. Ekstraksi dengan metode refluks dinilai paling optimal dalam mengekstraksi mitragynine dimana dilihat dari presentase mitragynine yang tertinggi dari berat kering daun kratom. |