Kandidiasis adalah infeksi jamur opportunistik disebabkan oleh spesies Candida terutama Candida albicans. Pengobatan kandidiasis biasanya dilakukan dengan menggunakan obat antijamur golongan azol dan turunannya, golongan echinocandin, dan golongan poliena namun beberapa penelitian telah menyatakan adanya resistensi dari Candida albicans sehingga dibutuhkan suatu alternatif pengobatan yang salah satunya melalui pemanfaatan bahan alam seperti minyak atsiri. Penelitian dilakukan melalui dua metode yaitu metode difusi cakram dan mikrodilusi terhadap Candida albicans ATCC 90028 dan isolat klinis Candida albicans dengan parameter aktivitas berupa zona hambat, Minimum Inhibitory Concentration (MIC), dan Minimum Fungicidal Concentration (MFC). Penelitian dengan difusi cakram tidak menghasilkan zona hambat pada setiap replikasi yang kemungkinan disebakan oleh beberapa faktor seperti kesalahan teknik perlakuan, kelarutan sampel, dan volatilitas sampel. Rata-rata MIC minyak kemukus, minyak masoyi, minyak akar wangi, dan flukonazol terhadap Candida albicans ATCC 90028 berturut-turut 13,33 ? 5,16 mg/mL; 3,33 ? 1,29 mg/mL; dan 11,67 ? 4,08 mg/mL. Rata-rata MIC minyak kemukus, minyak masoyi dan minyak akar wangi terhadap isolat klinis Candida albicans berturut-turut 26,67 ? 10,33 mg/mL; 3,75 ? 1,37; dan 20 ? 10,95 mg/mL. MFC dari minyak masoyi dan minyak akar wangi terhadap Candida albicans ATCC 90028 dan isolat klinis Candida albicans adalah 2,5 mg/mL; 10 mg/mL; 10 mg/mL; dan 10 mg/mL. Uji MFC menunjukkan efek fungistatik pada minyak kemukus dan minyak masoyi serta efek fungisidal pada minyak akar wangi. Secara keseluruhan, ketiga sampel menunjukkan adanya aktivitas antijamur terhadap Candida albicans. Pada ketiga sampel, minyak masoyi memiliki potensi paling tinggi karena menghasilkan MIC paling kecil dibandingkan dengan sampel yang lain. Ketiga sampel menunjukkan nilai MIC yang lebih kecil pada Candida albicans ATCC 90028 dibandingkan dengan isolat klinis Candida albicans. |