Pada tahun 2022, Indonesia menempati peringkat kedua secara global untuk jumlah kasus tuberkulosis (TB) tertinggi, dengan 1.1 juta kasus dan 134000 kematian setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan riset untuk mendukung upaya mitigasi TB. Di Indonesia, minyak atsiri seperti minyak cengkeh, nilam, pala, kayu putih, dan kayu manis, merupakan salah satu komoditas ekspor yang dikenal memiliki manfaat kesehatan. Namun, bukti ilmiah tentang efektivitasnya terhadap bakteri TB masih kurang. Untuk itu, diperlukan studi untuk mengetahui potensi minyak atsiri Indonesia terhadap Mycobacterium smegmatis, sebagai model bakteri penyebab TB. Metode untuk menguji potensi yang digunakan ialah uji aktivitas antibakteri mikrodilusi dan time kill. Uji mikrodilusi memberikan hasil nilai konsentrasi hambat minimum (MIC) sebagai berikut: minyak cengkeh 406,25 µg/mL, nilam 2562,5 µg/mL, kayu putih 9500 µg/mL, kayu manis 250 µg/mL, dan pala 5000 µg/mL. Uji time kill menunjukkan minyak cengkeh, kayu putih, kayu manis, dan nilam memiliki efek bakterisidal, sedangkan pala bersifat bakteriostatik. Secara keseluruhan, minyak cengkeh, nilam, pala, kayu putih, dan kayu manis Indonesia menunjukkan potensi terhadap Mycobacterium smegmatis. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lebih terstandarisasi diperlukan untuk menentukan efektivitasnya terhadap Mycobacterium tuberculosis dan peran minyak atsiri dalam patofisiologi TB. |