Tubuh adalah suatu bentuk cerminan dari batin dan kebiasaan seseorang. Hal ini adalah salah satu motivasi individu untuk pergi ke pusat kebugaran. Dari sudut pandang gender, laki-laki lebih sering ditemukan di pusat kebugaran dibanding perempuan. Sebab, aktivitas fisik dan memiliki fisik gagah atau kuat adalah suatu tuntutan norma sosial pada laki-laki, dan pusat kebugaran adalah salah satu sarana yang paling umum digunakan untuk mewujudkan tuntutan tersebut. Penggunaan pusat kebugaran memiliki hubungan dengan dampak psikologis berupa ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction) pada laki-laki. Sebab, pusat kebugaran adalah lingkungan yang kuat dipengaruhi oleh standar kecantikan walaupun tergambar sebagai suatu sarana yang menyehatkan. Body dissatisfaction tersebut kemudian dapat menyebabkan masalah-masalah lainnya terkait aspek perseptual, afektif, kognitif, dan perilaku. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran body dissatisfaction pada laki-laki emerging adulthood pengguna pusat kebugaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif jenis fenomonologis deskriptif. Metode pencarian partisipan yang digunakan adalah purposive sampling jenis criterion sampling dengan karakteristik partisipan laki-laki berusia 18 sampai 25 tahun yang menggunakan pusat kebugaran dan mengalami ketidakpuasan tubuh. Sementara, metode untuk penggalian data adalah wawancara semi-structured. Validitas data menggunakan teknik member checking dan menggunakan analisis tematik sebagai teknik analisis data. Untuk mencegah isu-isu etis, informed consent diberikan kepada para partisipan sebelum wawancara dilakukan. Hasil dari penelitian ini adalah tergambarnya body dissatisfaction pada laki-laki emerging adulthood berdasarkan empat dimensi. Pada dimensi perseptual ditemukan diskrepansi persepsi tubuh dengan tubuh nyata dan ketidakpuasan terhadap bagian tubuh. Sementara, dimensi afektif mengungkap perasaan-perasaan negatif akibat body dissatisfaction. Kemudian, terdapat keyakinan yang terdistorsi dan ekspektasi kurang realistis pada dimensi kognitif. Terakhir, ditemukan upaya-upaya mengatasi body dissatisfaction pada dimensi perilaku. Penelitian ini juga menemukan beberapa faktor-faktor kontributif yang berhubungan dengan body dissatisfaction. |