Pendahuluan: Indonesia memiliki angka konsumsi SBB tertinggi ketiga di Asia Tenggara. Konsumsi minuman dengan kadar gula tinggi dapat meningkatkan insulin dalam darah, dimana peningkatannya akan mendukung lipogenesis yang berujung pada meningkatnya sekresi sebum. Sekresi sebum berlebih berdampak secara signifikan terhadap aspek psikis dan sosial. Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui hubungan antara konsumsi SSB dengan sekresi sebum di kulit wajah pada mahasiswa pre-klinik FKIK UAJ. Metode: Penelitian studi observasional analitik dengan pendekatan potong lintang dan pengambilan sampel proportional stratified random sampling dengan penyebaran kuesioner. Kuesioner terdiri atas data demografi, Beverage Intake Questionnaire, dan Skin Oiliness Scale. Data dianalisis dengan uji Chi square. Hasil: 35,5% dari responden memiliki jenis kelamin laki-laki dan 64,5% dari responden memiliki jenis kelamin perempuan. Usia responden dimulai dari usia 18 – 23 tahun. 94,7% responden mengonsumsi SSB di bawah 625 mL per harinya. 13 dari 245 responden (5,3%) yang mengonsumsi lebih dari 625 mL SBB per harinya. 100 dari 245 responden memiliki kulit berminyak (40,8%), mayoritas dari responden memiliki kulit normal (59,2%). Hasil analisis Chi-square menunjukkan nilai p sebesar 0,859 (p > 0,05), yang bermakna tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi SSB dengan sekresi sebum di kulit wajah pada responden. Simpulan: Mayoritas konsumsi SSB mahasiswa pre-klinik FKIK UAJ rendah (94,7%) dan memiliki kulit wajah normal (59,2%). Konsumsi SSB dan sekresi sebum di kulit wajah mahasiswa pre-klinik FKIK UAJ ditemukan tidak berhubungan. Kata Kunci. Konsumsi SSB, sugar-sweetened beverages, sekresi sebum, BEVQ-15, Skin Oiliness Scale, mahasiswa kedokteran. |