Pendahuluan: Penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Terdapat 29,3 juta lansia di seluruh Indonesia pada tahun 2021, peningkatan jumlah lansia mengakibatkan kasus cedera lansia juga semakin meningkat, karena masyarakat geriatri lebih rentan mengalami fraktur dibandingkan dengan masyarakat usia muda. Kenaikan jumlah lansia yang tidak produktif membebani berbagai aspek seperti sosial dan ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan karakteristik pasien fraktur geriatri terhadap kejadian fraktur geriatri. Gambaran tersebut diperlukan agar dapat lebih mengenali mekanisme terjadinya fraktur geriatri dan dapat membantu merancang tindakan pencegahan fraktur geriatri.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dan pendekatan studi potong lintang. Data diambil menggunakan metode consecutive sampling dari rekam medis pasien, dan didapatkan 110 pasien yang memenuhi kriteria. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-Square, uji Pearson Chi-Square, uji Fisher’s Exact dan uji regresi logistik.
Hasil: Dari 110 data, didapat 64,5% pasien berusia 60-74 tahun, 75,4% pasien berjenis kelamin perempuan, 24,5% pasien mengalami diabetes melitus, 61,8% hipertensi, 4,55% osteoporosis, 12,7% stroke, 22,7% osteopenia, 25,5% osteoartritis, 92,7% pasien tanpa kebiasaan merokok maupun konsumsi alkohol, dan lokasi trauma terbanyak pada ekstremitas bawah sebesar 70%. Analisis menunjukkan adanya hubungan signifikan antara usia, lokasi, serta riwayat ostepenia & osteoartritis dengan kejadian fraktur geriatri, dan tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin, riwayat diabetes melitus, hipertensi, stroke, osteoporosis, dan kebiasaan dengan kejadian fraktur pada pasien geriatri.
Kesimpulan: Fraktur Geriatri dipengaruhi oleh usia, lokasi trauma, riwayat osteopenia dan osteoartritis. Masih diperlukan penelitian lanjutan untuk mendalami dan memahami faktor penyebab fraktur geriatri. |