Masa pandemi COVID-19 dialami oleh seluruh dunia sejak memasuki awal tahun 2020 termasuk juga di Indonesia. Langkah-langkah pencegahan terus diusahakan untuk memperkecil resiko penyebaran COVID-19, dimana salah satunya ialah dengan menjaga jarak fisik. Aturan ini membuat perusahaan dan berbagai tempat bekerja melakukan sistem kerja hibrida. Dapat dikatakan kerja hibrida ketika adanya kombinasi bekerja dari rumah (work from home) dan bekerja dari kantor (work from office). Dalam kerja hibrida, gaya kerja konvensional atau work from office (WFO) yang mengharuskan pegawai bekerja dari kantor tidak sepenuhnya dihapuskan, tetapi hal tersebut membawa banyak manfaat bagi karyawan dan organisasi serta dapat meningkatkan proporsi gaya kerja yang fleksibel. Sistem kerja hibrida mendatangkan sebuah stres baru kepada sebagian karyawan yang berpotensi untuk menimbulkan sebuah kecemasan dan juga menurunnya tingkat kesejahteraan subjektif karyawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode non eksperimental. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa teknik korelasional. Teknik sampling yang digunakan berupa convinience sampling (n=229). Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yang disebarkan melalui kuesioner. Alat ukur yang digunakan adalah Job Anxiety Scale (JAS) untuk mengukur tingkat kecemasan karyawan yang dibuat oleh Beate Muschalla dan Michael Linden serta alat ukur The Workplace PERMA Profiler untuk mengukur tingkat kesejahteraan subjektif karyawan yang dibuat oleh Dr. Martin Seligman dan diperbarui oleh Margaret L. Kern. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif.Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, ditemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan dengan kesejahteraan subjektif. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kecemasan yang dimiliki maka semakin rendah kemungkinan karyawan memiliki tingkat kesejahteraan subjektif. Apabila ingin melakukan penelitian serupa, disarankan menggunakan populasi yang berbeda dan metode yang berbeda agar dapat memperluas pemahaman terkait kecemasan dengan kesejahteraan subjektif |