Pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur belum merata pasokan listriknya, karena terletak di wilayah terluar dan terpencil sehingga tingginya biaya perluasan jaringan listrik tidak sesuai dengan skala ekonomi PLN. Ada 250 KK yang belum memperoleh pasokan listrik PLN dan daerah ini belum termasuk dalam RUPTL 2022-2023. Potensi energi matahari yang tinggi di Pulau Sumba dapat dimanfaatkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya menggunakan teknologi fotovoltaik (PV) dan dapat menjadi solusi untuk masalah listrik di Pulau Sumba. Untuk menganalisis pembangunan PLTS tersebut dari segi ekonomi dan teknis, kita menggunakan software Homer khususnya untuk kebutuhan listrik 32 KK dengan masing-masing kapasitas 450 VA sebagai alat optimasi. Dari hasil perhitungan PLTS dengan biaya operasional dan pemeliharaan sebesar 1% hingga 2%, didapat jumlah kapasitas panel surya sebesar 6,4 kWp, baterai 358,4 kWh, dan inverter 3,67 kW, dengan menggunakan Homer, dapat diketahui jumlah daya yang dihasilkan oleh panel surya sebesar 13.842 kWh/tahun. Dengan investasi awal sebesar Rp 1.453.012.023,00, dengan skenario menggunakan bunga sebesar 3,5%, didapat nilai NPC sebesar Rp 1.990.000.000,00 , nilai COE sebesar Rp 10.712,00, dan BEP terjadi pada tahun ke-19. Sedangkan biaya yang perlu ditanggung untuk operasional adalah Rp 10.000.000,00/tahun. Input biaya operasional dan pemeliharaan yang berbeda tentunya akan menghasilkan keluaran nilai ekonomi yang berbeda juga. |