Pacaran dapat terjadi pada masa emerging adulthood, masa transisi remaja menuju kedewasaan. Salah satu kemungkinan buruk yang dapat terjadi dalam pacaran adalah kekerasan. Data menunjukkan jumlah Kekerasan Berbasis Gender tertinggi pada tahun 2021, dengan peningkatan hingga 50% dibanding tahun sebelumnya. Kekerasan dalam pacaran tertinggi dialami oleh perempuan dengan rentang usia 16-24 tahun mengakibatkan dampak negatif fisik, psikologis, seksual, dan sosial. Untuk dapat beradaptasi dengan kesulitan yang pernah dialami, individu membutuhkan cara-cara untuk mencapai suatu resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran resiliensi I have, I am, dan I can pada perempuan emerging adulthood penyintas kekerasan dalam pacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif menggunakan metode wawancara semi-terstruktur. Karakteristik partisipan penelitian adalah perempuan penyintas kekerasan dalam pacaran saat berusia 18-25 tahun. Partisipan dalam penelitian berjumlah tiga orang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga partisipan memiliki sumber I have, I am, I can dan telah mencapai resiliensi. Hasil membuktikan bahwa terdapat dua faktor yang dapat memudahkan individu untuk mencapai resiliensi. Dua faktor tersebut adalah kepercayaan dan inisiatif. Berdasarkan hasil yang didapatkan, peneliti menyarankan kepada perempuan untuk lebih berani bertindak untuk melepaskan hubungan kekerasan dalam pacaran dan mengedukasi diri mengenai pentingnya resiliensi. |