Kesehatan menjadi kebutuhan dasar setiap individu, dan data kesehatan nasional menunjukkan banyak pasien dengan kondisi penyakit kronis. Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas penting untuk memberikan pelayanan yang memadai dan mudah dijangkau. Namun, banyak orang dewasa menghindari perawatan kesehatan, yang dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Healthcare avoidance, perilaku pasien yang menghindari perawatan, dipengaruhi oleh kurangnya cakupan perawatan, biaya mahal, dan kurangnya akses ke layanan kesehatan. Financial toxicity, yang timbul dari biaya out-of-pocket yang tinggi, dapat menyebabkan stres dan menurunkan kepatuhan pada pengobatan serta meningkatkan mortalitas.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasional. Sampel terdiri dari 120 responden yang merupakan individu dengan kondisi kronis yang membutuhkan perawatan medis berkelanjutan atau mengalami pembatasan dalam aktivitas sehari-hari, dan mereka tinggal di daerah Jabodetabek. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring menggunakan Google Forms yang terdiri dari skala Comprehensive Score for Financial Toxicity dan Healthcare Avoidance Scale. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik korelasi Spearman.
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara financial toxicity dan healthcare. Masalah keuangan yang dihadapi pasien akibat biaya pengobatan, memiliki hubungan dengan perilaku penghindaran penerimaan bantuan medis (healthcare avoidance). Ini menandakan bahwa semakin tinggi tingkat financial toxicity yang dialami oleh pasien, semakin tinggi kecenderungan pasien untuk melakukan perawatan medis. Dengan ini, diperlukan adanya intervensi, diharapkan bahwa akses pasien terhadap perawatan medis akan meningkat. Selain itu, membantu mengurangi dampak stres finansial pada hasil kesehatan secara keseluruhan. |