Latar Belakang: Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan umur harapan hidup, sehingga semakin banyak orang memasuki usia lanjut. Adanya peningkatan umur harapan hidup yang pesat ini dapat menurunkan kualitas hidup karena tidak terlepasnya lansia dari penurunan fungsional. Performa fisik dapat menjadi salah satu indikator untuk mengindentifikasi risiko atau tahap awal penurunan ini, sehingga disabilitas pada lansia dapat diminimalisir jauh sebelum gejala muncul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi performa fisik pada lansia berdasarkan Indonesian Family Life Survey-5 (IFLS-5).
Metode: Studi potong lintang analitik dilakukan pada data sekunder dari IFLS-5. Sampel penelitian menerlibatkan lansia berusia diatas 60 tahun yang dikategorikan kedalam dua kelompok berdasarkan nilai Short Physical Performance Battery (SPPB): performa fisik buruk (0-6 poin) dan performa fisik baik (7-12 poin).
Hasil: Terdapat 2095 lansia yang diteliti dalam studi ini. Dua ratus dan empat puluh (11,46%) lansia ditemukan memiliki performa fisik buruk (0-6 poin). Pada tingkat analisis multivariat, faktor yang berkaitan dengan performa fisik buruk adalah butuh dukungan (OR=3,21; p=0,000), usia (OR=2,91; p=0,000), gangguan kognitif (OR=2,03; p=0,000), jenis kelamin perempuan (OR=1,94; p=0,002), hipertensi (OR=1,94; p=0,000), diabetes melitus (OR=1,70; p=0,038), dan inkontinensia urin (OR=1,60; p=0,007).
Kesimpulan: Sekitar 1 dari 10 lansia memiliki performa fisik buruk berdasarkan penilaian SPPB. Faktor yang dapat meningkatkan kejadian performa fisik buruk adalah butuh dukungan, usia, gangguan kognitif, jenis kelamin perempuan, hipertensi, diabetes melitus dan inkontinensia urin. |