Latar Belakang: Demam tifoid atau yang biasa disebut sebagai demam enterik, adalah penyakit sistemik akibat infeksi bakteri Salmonella Typhi. Penyakit ini sering terjadi di negara berkembang karena sanitasi yang buruk. Selama bertahun-tahun, antibiotik lini kedua termasuk ciprofloxacin banyak digunakan sebagai pilihan terapi utama demam tifoid. Namun terjadi peningkatan resistensi pada antibiotik lini kedua sehingga antibiotik azithromycin juga dipakai sebagai terapi alternatif demam tifoid. Telaah sistematis ini dibuat untuk menilai efektivitas antibiotik azithromycin dan ciprofloxacin pada terapi demam tifoid dewasa.
Metode: Penelitian ini menggunakan PRISMA sebagai pedoman pencarian studi dan memakai kata kunci “Azithromycin AND/OR Ciprofloxacin AND Typhoid fever OR Enteric fever”. Pencarian dilakukan dengan database Pubmed, Cocharane, dan Proquest. Setelah menghapus duplikat dan menyeleksi studi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan 17 studi inklusi yang digunakan dalam telaah sistematis ini.
Hasil dan Pembahasan: Pada penggunaan antibiotik azithromycin dan ciprofloxacin pada pasien demam tifoid dewasa, diperoleh hasil sebagai berikut: rata-rata lama demam (3,5 hari; 4,2 hari), rata-rata lama rawat (9,3 hari; 10 hari), tingkat kesembuhan klinis (100%; 99%), tingkat kejadian relaps (0%; 5,9%), dan tingkat kejadian komplikasi (0%; 5,4%). Suseptibilitas S.Typhi terhadap azithromycin adalah 99,9% namun terjadi penurunan suseptibilitas yang cukup besar terhadap ciprofloxacin pada tahun 2017-2020, yaitu menjadi 4% dan 2%.
Kesimpulan: Dari 17 studi inklusi, didapatkan antibiotik azithromycin menunjukan efektivitas yang lebih baik daripada ciprofloxacin pada terapi demam tifoid dewasa. |