Alexithymia merupakan suatu kondisi di Indonesia yang masih cukup jarang diteliti, alexithymia kerap dinyatakan berhubungan dengan stres dan kecemasan secara terpisah. Sehingga dampak yang dapat ditimbulkan antara lain gangguan mental, kegiatan sehari-hari, hingga percobaan bunuh diri. Oleh karena itu fokus peneliti pada penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah stres dan kecemasan berperan secara bersamaan dengan alexithymia pada kelompok usia dewasa muda di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, desain korelasional, serta teknik pengambilan sampel yaitu convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah TAS-20, STAI, dan PSS-10. Pada alat ukur TAS-20 memiliki reliabilitas sebesar .81, STAI dengan reliabilitas sebesar .91, dan pada alat ukur PSS-10 memiliki reliabilitas sebesar .80. Seluruh pertanyaan pada masing-masing item dimasukan ke dalam kuesioner untuk disebarkan secara daring. Partisipan penelitian ini berjumlah 154 orang, dimulai dari usia 18 tahun hingga 25 tahun, serta berdomisili di Indonesia. Uji dilakukan dengan metode multiple regression dan pearson correlation untuk uji variabel secara terpisah. Hasil uji korelasi multiple regression menunjukkan bahwa stres dan kecemasan secara bersamaan memiliki peran terhadap alexithymia sebesar 29,2% F (3.06) = 31.119, p<.005, R2 = 0.292. Pada uji secara terpisah variabel seperti stres berhubungan secara signifikan dengan alexithymia. Kemudian variabel kecemasan juga memiliki hasil serupa yaitu. Hasil uji tambahan juga didapatkan bahwa, perbedaan etnis dan gender tidak memberikan kontribusi terhadap tingginya stres dan kecemasan dengan alexithymia. Maka dari itu untuk penelitian selanjutnya dapat melihat variabel lain yang mungkin berkontribusi dengan alexithymia seperti variasi pada jenis dan umur partisipan, attachment style, serta peran digitalisasi serta sosial media. |