Latar Belakang: Screen time yang tinggi akibat pekerjaan dan pembelajaran yang harus dilakukan secara online diperkirakan akan berlanjut pasca pandemi COVID-19. Screen time yang tinggi dapat memengaruhi beberapa aspek seperti berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya perilaku hidup sedenter, menurunnya jumlah dan kualitas tidur, dan perburukan hubungan interpersonal. Aspek ini ditemukan dapat meningkatkan risiko depresi yang cukup sering ditemukan pada mahasiswa kedokteran, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan antara screen time dan depresi pada mahasiswa kedokteran. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap 109 responden mahasiswa preklinik angkatan 2020, 2021, dan 2022 FKIK UNIKA Atma Jaya. Responden mengunggah screenshot screen time smartphone satu minggu terakhir dan mengisi kuesioner DASS 42. Penilaian depresi dibagi menjadi dua kategori, yaitu depresi dan tidak depresi. Analisis data diuji dengan Chi Square dan hipotesis nol ditolak apabila p<0,05. Hasil: Sebanyak 84,4% mahasiswa memiliki screen time tinggi dengan rerata 7,46 jam per harinya. Sebanyak 53,2% mahasiswa mengalami depresi, dengan 27,5% menempati tingkat sangat berat, 10,1% tingkat berat, 8,3% tingkat sedang, dan 7,3% tingkat ringan. Uji Chi Square menunjukkan tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara screen time dan depresi (p=0,301). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara screen time dan depresi pada mahasiswa preklinik FKIK UNIKA Atma Jaya. Sebagian besar dari responden tingkat screen time tinggi dan lebih dari setengah jumlah responden mengalami depresi. Meningkatnya risiko depresi pada mahasiswa dengan screen time tinggi tidak dapat diidentifikasi. |