Latar Belakang : Sindrom pramenstruasi (PMS) merupakan gejala-gejala yang muncul 7-14 hari sebelum seseorang akan mengalami menstruasi. Gejala yang biasa timbul adalah nyeri di bagian perut atau pinggang, nyeri di bagian bawah punggung, mood swings atau berubah-ubahnya mood, dan naiknya nafsu makan atau food cravings. Food cravings biasa datang saat seeorang sedang mengalami perubahan hormon atau suasana hati. Suatu penelitian juga menunjukkan bahwa kejadian ini lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria karena perbedaan hormon yang dimiliki keduanya. Kejadian food cravings yang tidak terkontrol selama seseorang mengalami PMS bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang bisa berakhir pada obesitas. Tujuan : Mengetahui adanya hubungan antara sindrom premestruasi dengan kenaikan food cravings pada mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya Angkatan 2019 – 2021 saat mengalami sindrom pramenstruasi. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, menggunakan data yang diambil menggunakan kuisioner Shortened Premenstrual Assesment Form (sPAF) dan Food Cravings Questionnaire-Trait-reduced (FCQ-T-r) pada mahasiswi FKIK Atmajaya Angkatan 2019-2021. Uji Spearman dilakukan untuk menentukan korelasi antara variabel independent (sindrom pramenstruasi) dengan variabel dependen (food cravings). Hasil : Terdapat 228 responden yang memenuhi kriteria inklusi. 37,7% responden mengalami PMS dengan derajat sedang, 31,1% dengan derajat berat, dan 26,9% dengan derajat ringan. 10,5% responden memiliki karakteristik food cravings klinis dan 89,5% memiliki karakteristik non-klinis. Hasil analisis menggunakan uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan (p=0,001) dan terdapat hubungan yang lemah antara sindrom pramenstruasi dengan kenaikan food cravings (r=0,219). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara sindrom pramestruasi dengan kenaikan food cravings pada responden. |