Latar Belakang: Kondisi depresi memengaruhi seseorang secara afektif, fisiologis, dan kognitif. Depresi sering dimulai pada remaja atau dewasa muda dan umumnya mempengaruhi wanita lebih dari laki-laki. Faktor risiko depresi dikaitkan dengan penurunan triptofan yang merupakan bahan baku serotonin. Penurunan serotonin yang diproduksi dalam plasma darah memengaruhi rendahnya kadar serotonin yang diproyeksikan ke otak, yang berujung pada penurunan fungsi serotonin. Data pengukuran kadar serotonin dalam plasma darah masih terbatas, terutama di Indonesia. Tujuan dari studi ini yaitu mengetahui perbedaan kadar serotonin dalam plasma darah dengan tingkat keparahan gejala depresi. Metode: Studi ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang dengan pengambilan sampel secara consecutive non random sampling. Data kuedioner depresi menggunakan seluruh butir kuesioner PHQ-9 versi Bahasa Indonesia dan kadar serotonin dari sampel darah yang menggunakan Human Serotonin Kit (Bioenzy) menggunakan metode Enzyme Link Immunosorbent Assay (ELISA). Analisis menggunakan uji chi-square dan Kruskal Wallis dengan software SPSS version 22.0. Hasil: Total sampel 47 yang dapat diolah datanya, dengan karakteristik laki-laki 38%, perempuan 31% dan kategori tidak lansia 37,8% dan lansia 37,83%. Laki-laki dan kategori tidak lansia mengalami depresi lebih banyak dibandingan perempuan dan kategori lansia Hasil uji chi-square jenis kelamin dan usia terhadap tingkat gejala depresi nilai signifikansinya (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan usia terhadap tingkat gejala depresi. Hasil analisis data Kruskal-Wallis, didapatkan nilai signifikansi (p <0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar serotonin dalam darah terhadap tingkat gejala depresi. Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara kadar serotonin dalam plasma darah terhadap tingkat gejala depresi. |