Latar Belakang: Pralansia merupakan masa yang penting untuk mencegah masalah kesehatan kedepannya, salah satunya fungsi memori. Data dari Badan Pusat Statistik pada Maret 2020, didapati sekitar 17,35% pralansia. Prevalensi pralansia yang mengalami penurunan fungsi memori cukup tinggi, dan akan terus bertambah seiring meningkatnya usia. Gangguan memori merupakan gejala awal dari penyakit degeneratif Alzheimer, yang sering terabaikan, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis kelamin, status marital, pendidikan, hipertensi, diabetes, obesitas dan kebiasaan merokok.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang memengaruhi fungsi memori dengan fungsi memori pada pralansia di 13 provinsi Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey-5 di tahun 2014-2015. Sampel pralansia sebanyak 1318 orang, berusia 45-59 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Uji analisis bivariat dilakukan dengan ¬chi-square dengan p<0,05, sedangkan logistic regression untuk uji analisis multivariat dengan p<0,05.
Hasil: Seribu lima responden (76,3%) mengalami penurunan fungsi memori (immediate recall) dan 1052 responden (79,8%) dengan penurunan fungsi memori (delayed recall). Terdapat hubungan yang bermakna antara status marital (p=0,045), hipertensi (p=0,050) dan obesitas (p=0,013) terhadap fungsi memori (immediate recall), dan pendidikan (p=0,000, p=0,000) terhadap kedua aspek fungsi memori (immediate dan delayed recall). Faktor yang paling berpengaruh terhadap kedua aspek fungsi memori (immediate and delayed recall) adalah pendidikan (p=0,000, p=0,000)
Kesimpulan: Pralansia degan pendidikan rendah cenderung mengalami penurunan pada kedua aspek memori (immediate dan delayed recall). Namun, pralansia yang sudah menikah, terdiagnosa dengan hipertensi dan obesitas cenderung mengalami penurunan fungsi memori hanya pada immediate recall. |