Latar Belakang: Pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah untuk menekan angka penularan COVID-19 di kalangan mahasiswa. Metode PJJ pada pembelajaran akan meningkatkan frekuensi pemakaian alat elektronik seperti komputer, laptop, tablet dan ponsel pintar. Peningkatan penggunaan alat elektronik sebagai media pembelajaran meningkatkan resiko masalah pada sistem penglihatan. Masalah pada sistem penglihatan yang dibahas pada penelitian ini adalah sindrom mata kering. Hubungan mengenai penggunaan gawai dengan sindrom mata kering selama PJJ masih belum banyak sehingga peneliti ingin mencari lebih dalam lagi mengenai hubungan penggunaan gawai dengan sindrom mata kering terlebih pada saat PJJ. Metode: Penelitian yang dilakukan menggunakan metode cross sectional yang dilakukan terhadap 93 mahasiswa yang terdiri atas angkatan 2019, 2020, dan 2021. Instrument yang digunakan pada penelitian adalah kuesioner yang terdiri dari identitas responden, daftar eksklusi, penggunaan gawai, dan kuesioner OSDI (Ocular Surface Disease Indeks). Hasil: Terdapat 93 mahasiswa dari angkatan 2019, 2020, dan 2021 yang mengalami sindrom mata kering. Penelitian ini mendapatkan hasil berupa frekuensi penggunaan gawai (p=0.788), lama istirahat (p=0.504), jarak gawai dengan mata (p=0.348), dan ketinggian gawai terhadap mata (p=0.478). Kesimpulan: Penggunaan gawai pada saat pembelajaran jarak jauh tidak memiliki hubungan dengan sindrom mata kering pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. |