Pada abad ke-21, nonbeliever sebagai individu yang tidak memiliki keterikatan dengan iman ataupun institusi agama yang spesifik semakin bertambah. Populasi nonbeliever sendiri cenderung dominan oleh laki-laki. Pada masa usia emerging adulthood, dekonversi cenderung terjadi saat laki-laki melakukan eksplorasi identitas dirinya. Penambahan nonbeliever juga diikuti dengan peningkatan diskriminasi. Meskipun negara-negara sekuler telah menunjukkan kehidupan masyarakat yang fungsional, kebencian terhadap nonbeliever tetap didasari pandangan dalam berbagai masyarakat religius dan sekuler bahwa nonbeliever merupakan individu yang tidak bermoral. Gambaran moralitas dari nonbeliever sebagai minoritas di Indonesia pun masih terbatas dan belum sepenuhnya terwakili dalam penelitian. Moral foundation theory (MFT) menunjukkan bahwa moralitas manusia terdiri dari lima domain moralitas yang bersifat universal, meskipun adanya variasi penerapan antar domain bagi masing-masing individu. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk memahami perkembangan dan gambaran dari moral foundation pada laki-laki nonbeliever di Indonesia. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode narrative inquiry dengan pendekatan life story dan critical incident technique untuk memahami bagaimana perkembangan serta gambaran moral foundation nonbeliever melalui perspektif MFT. Partisipan terdiri dari lima laki-laki nonbeliever dengan umur 21-22 tahun. Analisis dilakukan dengan thematic analysis dengan pendekatan inductive dan deductive. Hasil temuan menunjukkan bahwa nonbeliever tetap mengekspresikan setiap domain moral foundation. Nonbeliever cenderung dominan dalam care, fairness, liberty foundation dibandingkan dengan loyalty, authority, dan sanctity foundation. Tetapi, konteks sosial memiliki peran bagi nonbeliever dalam menerapkan moral foundation tertentu terhadap suatu tindakan. Orang tua ditunjukkan untuk berperan dominan dalam memengaruhi pandangan moralitas nonbeliever pada masa TK hingga SD. Sedangkan perubahan kepercayaan, pertemanan dan penggunaan media informasi berperan dominan pada masa SMP hingga kuliah. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode kuantitatif untuk melakukan perbandingan antara individu religius dan nonbeliever untuk memahami perbedaan dan persamaan dari gambaran moral yang dimiliki antar kelompok. |