Kegiatan aktivisme dalam masyarakat menjadi sarana penyuaraan kesenjangan sosial dan pengarahan tindakan kepada pemberantasan ketidakadilan tersebut. Hal ini menggambarkan kegiatan para aktivis LGBTQ+ yang telah lama hadir di Indonesia, dan saat ini didominasi oleh khalayak muda masyarakat. Aksi evolusioner untuk kaum tersebut tidak tanpa kendala tersendiri, dengan mayoritasnya dilalui oleh para aktivis secara mandiri. Kesulitan berkitar dari tanggapan negatif masyarakat, pendapat aktivis terhadap dirinya sendiri, hingga pandemi COVID-19 yang mendorong perubahan kegiatan aktivisme secara menyeluruh. Perpaduan stresor internal dan eksternal tersebut memengaruhi aktivis dan perasaannya terhadap kegiatan aktivisme yang dilakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarakan potensi activist burnout dalam aktivis muda LGBTQ+ di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan hermeneutic atau fenomenologi interpretatif. Partisipan penelitian adalah mereka yang berusia 18 hingga 30 tahun, memiliki kewarganegaraan Indonesia, dan berpartisipasi dalam kegiatan aktivisme LGBTQ+ di Indonesia selama pandemi COVID-19. Penelitian memiliki enam partisipan dan menggunakan metode wawancara secara daring sebagai metode pengambilan data. Penelitian ini menggunakan thematic analysis sebagai teknik analisis data. Hasil penelitian menggambarkan bahwa seluruh partisipan mengalami activist burnout selama partisipasi mereka dalam kegiatan aktivisme LGBTQ+ di Indonesia. Ekspektasi kontribusi dan tekanan emosional, kesenjangan terhadap kelomok pergerakan, dan rasa tidak mampu serta rasa kurang kontribusi menggambarkan— secara respektif—komponen overwhelming exhaustion, cynicism & depersonalisation/detachment, dan ineffectiveness & lack of accomplishment yang kemudian membangun rasa bersalah dan hilangnya antusiasme untuk melakukan kegiatan aktivisme. Penelitian selanjutnya dapat memperluas cakupan penelitian di luar konteks masyarakat pada masa pandemi COVID-19 serta memperlihatkan fungsi strategi coping dalam menanggulangi activist burnout. |