Indonesia adalah negara yang kolektivis dan konservatif, sehingga masih menganut budaya patriarki dan menjunjung konformitas terhadap kelompok mayoritas, salah satunya dalam konteks norma gender. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konformitas dan nonconformity terhadap norma gender feminin sama-sama menyebabkan rasa kecemasan yang tinggi. Serupa dengan kecemasan sosial, konformitas terhadap norma gender feminin juga dipengaruhi oleh tekanan sosial dan evaluasi interpersonal oleh orang lain, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara konformitas terhadap norma gender feminin dan kecemasan sosial pada mahasiswi aktif S1 di Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan desain penelitian korelasional. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yaitu Conformity to Feminine Norms Inventory (CFNI-45) dan Skala Kecemasan Sosial, di mana partisipan diminta untuk melaporkan kepercayaannya pada konformitas terhadap norma gender feminin dan keadaan mental atas kecemasan sosial melalui pilihan jawaban skala. Partisipan penelitian ini berjumlah 282 dengan kriteria mahasiswi aktif S1 yang berdomisili di Jabodetabek. Data penelitian dianalisis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov test (p > .05) dan uji korelasi Pearson (r = -0.093, n = 282, p > .05, two-tailed). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas terhadap norma gender feminin dan kecemasan sosial. Scatter plot korelasi yang cukup tersebar menunjukkan bahwa perempuan di Indonesia diduga bukan hanya melakukan konformitas terhadap norma gender feminin akibat rasa takut atas sanksi sosial, akan tetapi juga karena konformitas adalah perilaku yang sudah tertanam sejak kecil. Penelitian selanjutnya perlu memperhatikan faktor internal, bahwa konformitas di Indonesia sudah terinternalisasi dan dilakukan sebagai keseharian hidup masyarakatnya. |