Latar Belakang: Selama masa pandemi COVID-19, terjadi pergeseran cara berkomunikasi dan beraktivitas menjadi serba digital. Hal ini berimbas pada peningkatan durasi penggunaan gawai. Durasi penggunaan gawai yang tinggi dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, salah satunya, pada mata. Sekumpulan gangguan mata dan penglihatan yang berhubungan dengan penggunaan gawai disebut sebagai computer vision syndrome (CVS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan durasi penggunaan gawai yang merupakan salah satu faktor risiko dari CVS dengan derajat keparahan CVS.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan jumlah 98 responden yang terdiri dari Angkatan 2018, 2019, dan 2020 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNIKA Atma Jaya. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner modified computer vision syndrome questionnaire dan aplikasi pengukur durasi penggunaan gawai (Screen Time – Restrain Yourself & Parental Control Versi 1.3.3 (Ez Life Inc.), Screen Time Build In Apple, Timecamp). Analisa data penelitian ini menggunakan uji kai kuadrat dengan nilai kemaknaan <0,05.
Hasil: Dari 98 responden, ditemukan rata rata durasi penggunaan gawai adalah 10 jam 17 menit, dimana sebanyak 70% responden menggunakkan gawai dengan rata rata durasi penggunaan >8,9 jam per hari. Prevalensi CVS adalah 47,9% dengan 25% responden mengalami CVS derajat ringan dan 22% responden mengalami CVS derajat sedang hingga berat. Hubungan yang bermakna antara durasi penggunaan gawai dengan derajat keparahan CVS berhasil dibuktikan dengan analisis bivariat kai kuadrat (p=0,03).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara durasi penggunaan gawai dengan derajat keparahan computer vision syndrome pada mahasiswa Angkatan 2018, 2019, dan 2020 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katholik Indonesia Atma Jaya. |