Latar Belakang: Secara global, populasi lansia terus meningkat tiap tahunnya. Dengan meningkatnya jumlah lansia di dunia, angka masalah kesehatan lansia juga mengalami peningkatan. Gangguan kognitif merupakan salah satu masalah kesehatan paling umum pada lansia yang tidak hanya menurunkan kualitas hidup pasien, tetapi juga menjadi beban ekonomi bagi keluarga dan lingkungan pasien. Di estimasikan bahwa prevalensi gangguan kognitif, pada lansia dengan usia diatas 80 tahun, diatas 40%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko maupun protektif dari penurunan fungsi kognitif pada lansia.
Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Responden yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian ini sebanyak 97 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner, penilaian fungsi kognitif (menggunakan MMSE, CDT, BNT, dan DFR), pengukuran indeks massa tubuh dengan timbangan dan stature meter, pengukuran kekuatan genggaman tangan dengan handgrip dynamometer, serta pemeriksaan laboratorium darah. Responden merupakan lansia di PUSAKA, Kalideres, Jakarta Barat. Uji analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square.
Hasil: Berdasarkan analisis data ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin terhadap penurunan fungsi kognitif pada domain linguistik dan memori. Namun tidak ditemukan hubungan bermakna antara status perkawinan, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, kekuatan genggaman tangan, dan hiperglikemia dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia.
Kesimpulan: Jenis kelamin memiliki hubungan bermakna dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia, khususnya pada domain linguistik (p = 0,014) dan memori (p = 0,042). Sedangkan status perkawinan, indeks massa tubuh, aktivitas fisik, kekuatan genggaman tangan, dan hiperglikemia tidak memiliki hubungan bermakna terhadap penurunan fungsi kognitif pada lansia. |