Latar Belakang : Penuaan telah menjadi tantangan besar karena perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia. Gangguan kognitif adalah salah satu akibatnya. Beberapa faktor risiko dikaitkan dengan kognitif, seperti otot, faktor vaskuler, dan status demografi. Namun belum ditemukan penelitian yang dilakukan dalam satu studi dan populasi yang spesifik, khususnya di Indonesia. Penelitian ini menilai hubungan fungsi kognitif terhadap berbagai faktor risiko khususnya pada lansia di panti. Tujuan: Menilai hubungan antara fungsi kognitif terhadap otot, faktor vaskuler, dan status demografi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan pendekatan analisis data sekunder. Survei demografi dan pengukuran antropometri dilakukan. Uji laboratorium dilakukan untuk kolesterol, trigliserida, dan gula darah. Massa otot dan TBK ditentukan dengan menggunakan Maltron Bioscan 916. Fungsi kognitif global dinilai dengan instrument Mini-Mental State Examination (MMSE) dan untuk menilai fungsi bahasa digunakan Boston Naming Test (BNT). Uji Chi-square dan Independent samples t-test dilakukan untuk bivariat, Regresi logistik dilakukan untuk uji multivariat. Hasil: Sebagian besar responden menampilkan skor MMSE rendah dan skor BNT normal. Sebagian besar responden merupakan lansia muda, perempuan, berpendidikan rendah, tidak obesitas, tidak hiperkolesterolemia, dan tidak hipertrigliseridemia. Hubungan bermakna didapatkan antara MMSE dan usia, tingkat pendidikan dan massa otot. Hubungan bermakna didapatkan antara BNT dengan tingkat pendidikan. Analisis multivariat menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan MMSE dan BNT. Kesimpulan: Usia, tingkat pendidikan, dan massa otot berhubungan dengan gangguan kognitif. Tingkat pendidikan merupakan prediktor kuat fungsi kognitif pada lansia. |