Latar Belakang: Dampak dari pandemi COVID-19 dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada mahasiswa kedokteran selama masa pandemi COVID-19.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi selama masa pandemi COVID-19 seperti jenis kelamin, angkatan kelas, tempat tinggal selama COVID-19, risiko menginfeksi orang lain, karantina, dan social distancing atau physical distancing.
Metode: Studi cross-sectional dilakukan pada 185 mahasiswa kedokteran preklinik FKIK Unika Atma Jaya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan identitas partisipan, Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42), dan Patient Health Questionnaire (PHQ-9). Analisis data dilakukan dengan uji chi-square, dan jika uji chi-square tidak memenuhi syarat maka peneliti perlu menggunakan fisher exact test sebagai uji alternatif. Peneliti juga melakukan analisis regresi logistik, uji saphiro wilk, dan mann-whitney u test.
Hasil: Analisis univariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki, angkatan 2019 lebih banyak dibandingkan dengan angkatan 2018 dan angkatan 2017, dan responden yang tinggal di rumah sendiri selama COVID-19 lebih banyak dibandingkan responden yang tinggal di luar rumah selama COVID-19, responden yang tidak memiliki risiko menginfeksi orang lain lebih banyak dari pada responden yang tidak memiliki risiko menginfeksi orang lain, responden lebih banyak yang melakukan karantina dari pada responden yang tidak melakukan karantina, dan responden lebih banyak yang melakukan social distancing atau physical distancing dari pada responden yang tidak melakukan social distancing atau physical distancing. Analisis hubungan bivariat dengan uji chi-square atau fisher exact test menunjukkan jenis kelamin terdapat hubungan dengan depresi diukur PHQ-9 (p:0,045), angkatan kelas terdapat hubungan dengan depresi diukur DASS 42 (p:0,005) dan PHQ-9 (p:0,000), tempat tinggal selama COVID-19 terdapat hubungan dengan depresi diukur DASS 42 (p:0,041), karantina terdapat hubungan dengan depresi diukur PHQ-9 (p:0,015). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa angkatan kelas memiliki hubungan yang paling signifikan diukur dengan DASS 42 (p:0,043) dan PHQ-9 (p:0,006) dan semakin tinggi angkatan kelas atau semakin tinggi semester mahasiswa terjadi penurunan depresi yang diukur DASS 42 (coef: -0,46, OR:0,63) dan PHQ-9 (coef: -0,53, OR:0,58). Hasil uji saphiro wilk menunjukkan abnormalitas data pada DASS 42 (p:0,0000) dan PHQ-9 (p:0,0000). Hasil mann-whitney u test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara angkatan 2017 dan 2018 terhadap depresi diukur DASS 42 (p:0,0008) dan PHQ-9 (p:0,000) dan antara angkatan 2017 dan 2019 terhadap depresi diukur DASS 42 (p:0,0063) dan PHQ-9 (p:0,0027), namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara angkatan 2018 dan 2019 terhadap depresi yang diukur dengan DASS 42 (p,0,3467) dan PHQ-9 (p:0,0649).
Kesimpulan: Angkatan kelas memiliki hubungan paling signifikan terhadap depresi |