Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis tidak menular yang terus mengalami peningkatan di Indonesia setiap tahunnya. Diabetes melitus tipe II terjadi karena pola hidup tidak sehat hingga menyebabkan gangguan kerja insulin, pada dasarnya penyakit ini tidak dapat disembuhkan namun dapat dikelola agar tidak berujung pada komplikasi. Oleh karena itu, pasien diabetes melitus perlu menjalani pengelolaan diabetes sepanjang hidupnya seperti melakukan diet, olahraga dan konsumsi obat-obatan rutin. Banyaknya aturan dan larangan yang perlu diperhatikan membuat individu merasa tertekan, hal ini terkait dengan munculnya perasaan dibatasi. Pasien diabetes melitus juga seringkali mengalami keterbatasan dalam aspek pekerjaan, yaitu rentan mengalami diskriminasi dalam kerja, berisiko mengalami penurunan produktivitas dan peningkatan jumlah ketidakhadiran untuk pengobatan. Hal ini berpengaruh pada pasien diabetes melitus tipe II yang sebagian besar terjadi pada usia 45 tahun keatas dan sedang berada pada puncak karirnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pemilihan partisipan purposive sampling. Karakteristik dari penelitian ini adalah individu yang memiliki penyakit diabetes melitus tipe II, berusia 41-60 tahun yang telah melakukan perawatan diri dan bekerja di daerah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran stres dan strategi coping stres pasien diabetes melitus tipe II yang bekerja karena stres berpengaruh besar terhadap kesehatan pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga partisipan mengalami stres baik dari segi pengelolaan diabetes maupun dari segi pekerjaan, hal ini berbahaya karena stres meningkatkan kadar gula darah secara signifikan. Ketiganya berhasil menemukan strategi coping stres yang tepat untuk menghadapi masalah yang ada sehingga stres dapat dikelola dengan baik. Ketiga partisipan menggunakan kombinasi strategi Problem Focused coping dan Emotion Focused coping dalam mengelola stresnya. |