Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran gejala psikosomatik sebagai dampak psikologis dari Pandemi Covid-19 yang dihayati sebagai situasi stressful hingga menimbulkan reaksi fisik (psikosomatik). Secara lebih khusus, penelitian ini diarahkan pada individu yang memiliki pengalaman yang menyakitkan di masa kecilnya (Adverse Childhood Experience/ACE). Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian mengenai ACE, peneliti berasumsi bahwa ACE memiliki kontribusi pada bagaimana individu berespon terhadap situasi stres, trauma, dan tidak menyenangkan di masa dewasa seperti halnya bencana pandemi. Metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dilakukan terhadap lima orang subyek penelitian, laki-laki dan perempuan, berusia dewasa, dan memiliki pekerjaan tetap. Kepada kelima partisipan, diberikan ACE Questionnaire untuk mengukur skor ACE dan area trauma yang dialami. Dengan wawancara mendalam, peneliti menggali latar belakang kehidupan subyek, situasi psikologis, dan juga gejala psikosomatik baik sebelum maupun saat terjadi Pandemi Covid-19. Lembar data pribadi dan informed consent diberikan sebagai bagian dari standar baku suatu penelitian ilmiah. Analisis antar subyek dan setiap subyek dilakukan berdasarkan data verbatim dari partisipan. Hasil penelitian menujukkan bahwa kelima subyek memiliki skor ACE yang berada dalam rentang 4-7 yang berarti mereka memiliki pengalaman menyakitkan dan traumatik di masa kecilnya, khususnya kekerasan seksual, kekerasan fisik, kekerasan emosional, pengabaian secara emosional, anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa, dan kehilangan orangtua biologis. Kelima partisipan juga mengalami simtom psikosomatik, seperti sakit kepala, demam, gatal pada kulit, lemas, rasa kelelahan, hilang energi, nyeri lambung, gangguan pencernaan, vertigo, migrain, dan nyeri di bagian dada kiri. Gejala psikosomatik ini adakalanya dialami sejak sebelum Pandemi, namun semakin sering dan intens terjadi selama masa Pandemi. Ada pula partisipan yang mendapati dirinya mengalami gejala ini setelah Pandemi terjadi. Berdasarkan hasil ini, maka peneliti memandang bahwa intervensi berupa dukungan kesehatan mental dan psikososial perlu dirancang dan diberikan untuk membantu individu menghadapi situasi stres seperti Pandemi Covid-19. Untuk itu penelitian lanjut secara kuantitatif juga perlu dilakukan. |