Petugas pemadam kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dalam pekerjaanya. Sebagai petugas pemadam kebakaran seringkali dihadapkan dengan keadaan yang berbahaya dan mengancam nyawa mereka. Namun, mereka dituntut untuk tetap selalu siap siaga melayani, memberikan yang terbaik, dan mengutamakan keselamatan warga. Meskipun kadangkala mereka tidak memperoleh pujian atas apa yang telah dikerjakan. Selain itu, pemadam kebakaran seringkali juga dihadapkan dengan peristiwa traumatis. Hal ini memberikan tekanan tersendiri bagi petugas pemadam kebakaran. Risiko dan beban kerja yang tinggi, kurangnya apresiasi, dan peristiwa traumatis yang harus dihadapi membuat petugas pemadam kebakaran rentan terhadap burnout. Dalam hal ini, petugas pemadam kebakaran dapat menggunakan culture standard nrima untuk mengatasi burnout yang mereka alami. Culture standard nrima adalah salah satu budaya yang khas pada masyarakat Indonesia di mana dicerminkan dengan sikap menerima setiap pemberian Tuhan dan segala yang terjadi dalam kehidupan dengan tenang, sabar, sembari mencari jalan keluar untuk kembali bangkit. Penelitian ini dilakukan pada 127 petugas pemadam kebakaran di DKI Jakarta dengan jenis penelitian kuantitatif dan metode korelasional. Instrumen alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah Indonesian’s Culture Standard Test (ICST) dan Maslach Burnout Inventory- Human Services Survey (MBI-HSS). Melalui penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara culture standard nrima dan burnout pada petugas pemadam kebakaran di DKI Jakarta, dengan nilai korelasi ( rs(127)= -.385, p<.01, 2-tailed). Hasil analisa tambahan pada pengujian antara masing-masing dimensi burnout dan culture standard ditemukan bahwa depersonalization dan personal accomplishment memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan culture standard nrima. |