Sektor perbankan di Indonesia mulai berkembang pesat semenjak tahun 1988 ketika dikeluarkannya kemudahan ijin pendirian bank baru, termasuk pembukaan kantor cabang. Makin bertambahnya bank di Indonesia mengharuskan setiap bank lebih kompetitif, efisien dan memberikan pelayanan prima dalam menjalankan bisnis. Oleh karena itu, pegawai dituntut untuk bekerja lebih dari jam kerja, selalu melayani nasabah dengan profesional, memahami seluk beluk barang dagang perbankan. Apabila seorang ibu bekerja di bank, maka akan memiliki tuntutan peran pekerjaan yang tinggi dan juga tuntutan peran keluarga. Maka, ibu bisa mengalami work-family conflict yang mengakibatkan situasi stres. Situasi stres tersebut dapat dihadapi dengan strategi coping. Strategi coping yang digunakan harus efektif dan adaptif untuk bisa mengurangi stres yang dirasakan. Penelitian ini penting dilakukan untuk melihat gambaran strategi coping dan work-family conflict pada ibu yang bekerja di bank.
Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif yang menggunakan dua alat ukur. Alat ukur pertama yaitu Ways of Coping Scale Revised, yang mengukur problem focused coping dan emotional focused coping. Alat ukur kedua yaitu Work-Family Conflict Scale, yang mengukur time, strain dan strain based dengan dua arah yaitu work interfering with family dan family interfering with work. Partisipan penelitian didapatkan melalui convenience sampling sebanyak 120 partisipan dengan karakteristik ibu yang berusia minimal 19 tahun, memiliki minimal satu anak, minimal tinggal bersama anak dan suami, bekerja purna waktu di bank, dan berdomisili di Jabodetabek.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ibu yang bekerja di bank di daerah Jabodetabek paling banyak termasuk dalam kategori work-family conflict rendah yaitu sebesar 55,3%. Strategi coping yang paling sering muncul dari partisipan adalah planful problem solving dan positive reappraisal. Pada kelompok partisipan dengan kategori work-family conflict rendah dan sedang, strategi coping yang dominan adalah problem focused coping. Di sisi lain, pada kelompok partisipan dengan kategori work-family conflict tinggi, strategi coping yang dominan adalah emotion focused coping. Berdasarkan demografisnya ada beberapa karakteristik yang sama dalam setiap kategori work-family conflict. |