Dalam berbagai macam budaya, terdapat peran dan sifat yang diharapkan muncul pada setiap individu sesuai gendernya yang disebut dengan peran gender. Banyak penelitian yang menemukan bahwa nilai dan peran tradisional maskulin dapat merugikan laki-laki yang tidak mampu menjalankan peran gendernya. Ayah rumah tangga sebagai individu yang menjalankan peran gender nontradisional akan rentan mengalami tekanan tersebut. Namun, ditemukan bahwa ayah rumah tangga justru memaknai maskulinitasnya dengan positif. Positive masculinity mengindikasikan bahwa tekanan dari peran gender nontradisional tidak selamanya berlaku. Positive masculinity merupakan kualitas-kualitas positif yang ditarik dari nilai dan maskulin tradisional dalam laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk melihat positive masculinity pada ayah rumah tangga, peran yang berlawanan dengan tuntutan maskulinitas tradisional. Positive masculinity digunakan untuk mengidentifikasi nilai maskulin dan peran gender tradisional yang positif yang ada dalam ayah rumah tangga.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara. Penelitian dilakukan kepada tiga orang laki-laki usia 31-35 tahun yang memiliki anak dengan usia kurang dari 12 tahun, memiliki tugas pengasuhan yang dominan, serta memiliki istri yang bekerja. Wawancara dilakukan untuk memahami lebih dalam bagaimana nilai-nilai positive masculinity muncul dalam ayah rumah tangga, pemaknaan peran gender, peran sebagai ayah rumah tangga, serta gambaran pengasuhan ayah rumah tangga.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ayah rumah tangga memiliki nilai-nilai positive masculinity. Terdapat nilai yang sama-sama muncul dalam ketiga partisipan, yaitu worker-provider tradition, male ways of caring, dan male daring, courage, and risk-taking. Sebagai ayah rumah tangga, mereka memandang peran gendernya sebagai sesuatu yang seharusnya tidak terbatas oleh jenis kelamin. Dalam urusan rumah tangga, pembagian tugas sebisa mungkin tidak memberatkan salah satu pihak. Peran sebagai ayah dilihat sebagai sosok yang bertanggung jawab atas tumbuh kembang anak, serta mampu menemani anak sampai ia siap. Dua dari tiga partisipan sudah memiliki nilai terkait maskulinitas serta peran gender yang adaptif sebelum mereka menjadi seorang ayah rumah tangga. Terdapat pengaruh yang cukup terlihat dari penurunan nilai maskulin dan peran gender terhadap pemaknaan peran mereka sebagai laki-laki dan sebagai ayah rumah tangga. Nilai-nilai ini didapatkan dari orang tua, keluarga besar, teman sebaya, tenaga pengajar, serta literatur. |