Ayah memiliki peran penting dalam keluarga, antara lain sebagai pencari nafkah, pelindung, serta menunjang perkembangan anak sejak kecil, misalnya membimbing anak dalam belajar dan membangun relasi dengan teman sebayanya. Ketika anak memasuki usia remaja, ayah membantu berperan sebagai role model untuk membentuk identitas dirinya, salah satunya adalah relationship identity dengan cara membangun relasi positif dengan sang anak. Saat anak mulai memasuki tahap remaja akhir, ia akan dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar, seperti melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi atau menentukan karier. Pada remaja dikatakan memiliki hubungan yang lebih dekat dengan sang ayah dibandingkan dengan remaja laki-laki, sehingga kematian ayah dapat memberikan dampak pada remaja perempuan, belum lagi saat anak perempuan ini memasuki tahapan remaja akhir, ia membutuhkan dukungan dan sandaran yang kuat dari ayahnya. Ketika menghadapi peristiwa meninggalnya ayah, seorang anak diharapkan memiliki kemampuan menyerap dan beradaptasi pada masalah sebagai bentuk dari dampak meninggalnya ayah atau disebut dengan resiliensi. Untuk dapat beradaptasi pada masalah yang ada, seseorang dapat melakukan upaya untuk mentoleransi serta menyelesaikan masalah yang dihadapinya, yang disebut juga dengan coping. Coping dibagi ke dalam 14 dimensi oleh Carver (1997), yaitu active coping, planning, using instrumental support, using emotional support, behavioural engagement, positive reframing, denial, acceptance, religion, venting, self-distraction, humor, substance use, dan self-blame. Keempat belas dimensi ini dapat digunakan secara bersamaan, namun jika dikaitkan dengan resiliensi, penggunaan coping yang digunakan adalah yang bersifat adaptif atau tidak bersifat negatif terhadap diri seseorang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara masing-masing dimensi coping dan resiliensi pada perempuan remaja akhir pasca meninggalnya ayah. Responden penelitian ini adalah 33 orang perempuan remaja akhir yang ayahnya meninggal pada saat responden berada dalam rentang usia tersebut. Dalam menjawab tujuan penelitian, peneliti menggunakan alat ukur Brief COPE dan Resilience Scale (RS-14). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan Antara masing-masing dimensi coping dan total skor resiliensi. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara masing-masing dimensi coping dan total skor resiliensi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu internal dan eksternal dari diri individu. |