Saat ini semakin banyak anak berkebutuhan khusus (ABK) bersekolah di sekolah dasar inklusi. Namun hingga saat ini masih ditemukan bullying pada sekolah inklusi. Hal ini dapat disebabkan partisipasi sosial ABK yang rendah. Partisipasi sosial terdiri interaksi sosial, penerimaan sosial, pertemanan resiprokal, dan konsep diri sosial. Partisipasi sosial krusial pada ABK terutama dengan kurikulum Indonesia yang menggunakan Full Inclusive Instruction (FII). Apalagi anak dengan partisipasi sosial rendah pada masa kanak-kanak madya hingga akhir, berisiko tinggi memiliki hubungan yang kurang baik pada tahap perkembangan selanjutnya. Selain itu meski pemerintah memberikan pedoman, namun setiap sekolah berbeda-beda dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif. Oleh karena itu penting mengetahui perbedaan partisipasi sosial ABK dan reguler, serta faktor yang memengaruhinya. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan teknik convenience sampling. Interaksi sosial diukur menggunakan alat ukur sosiometri dengan reliabilitas 0,92 dan validitas 0,83. Penerimaan teman sebaya dan pertemanan resiprokal memakai alat ukur sosiometri yang valid dan reliabel pada kanak-kanak hingga remaja, dengan reliabilitas 0,81. Konsep diri sosial diukur menggunakan alat ukur Konsep Diri Sosial Konteks Teman Sebaya dengan validitas 0,50-0,69 dan reliabilitas 0,852. Penelitian kualitatif untuk menggali faktor yang berpengaruh pada partisipasi sosial, menggunakan semi-structured interview. Penelitian dilakukan kepada 252 siswa reguler dan 30 siswa ABK dari empat SDN inklusi. Uji beda kuantitatif pada interaksi sosial (t(280)=5,248, p<0,05), penerimaan teman sebaya (U=1174,50, p<0,05), pertemanan resiprokal (U=1149,50, p<0,05), dan konsep diri sosial dalam konteks teman sebaya (U=2732,00, p<0,05), menunjukkan partisipasi sosial ABK lebih rendah dibanding siswa reguler. Sedangkan hasil kualitatif menunjukkan bwha penerimaan teman sebaya, pertemanan resiprokal, dan interaksi sosial dipengaruhi oleh tipe disabilitas ABK dan pandangan negatif siswa reguler terhadap ABK. Konsep diri sosial ABK dipengaruhi pandangan negatif siswa reguler terhadap ABK. Sedangkan manajemen sekolah inklusi pada aspek sosial, serta edukasi aspek sosial kepada siswa ABK, reguler, dan orang tua diduga meningkatkan partisipasi sosial. Peran sekolah dan rekomendasi didiskusikan lebih lanjut. |