Anak pendeta seperti orang lain pada umumnya, bertumbuh dan berkembang dengan sumber stres yang spesifik pada masa perkembangan mereka. Namun pada anak pendeta, terdapat tambahan sumber stres yang dirasakan oleh mereka yang berasal dari pekerjaan orangtua sebagai pendeta. Sumber stres yang umumnya terjadi pada anak pendeta adalah tekanan dari jemaat gereja yang bisa berupa supervisi terus menerus kepada anak pendeta, lalu tekanan yang berasal dari diri sendiri yang berupa keyakinan bahwa mereka harus menjadi contoh yang baik untuk orang lain dan yang terakhir adalah ketidakjelasan batasan antara ‘rumah’ dengan ‘tempat kerja’. Dengan sumber stres tambahan di atas, anak pendeta membutuhkan strategi coping yang sesuai. Coping merupakan usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi yang dirasa menekan baginya. Proses pemilihan strategi coping ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, baik faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam sebagai metode untuk mengumpulkan data. Penelitian ini dilaksanakan pada tiga anak pendeta yang sudah melewati masa remaja dan berada pada tahap perkembangan dewasa muda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber stres yang dialami oleh partisipan penelitian berasal dari pola penanganan stres dalam diriyang kurang efektif dan kurangnya dukungan emosional yang baik, sedangkan dari sumber yang dari luar, anak pendeta diharuskan untuk berperilaku sebagai contoh untuk orang lain dan menjadi gambaran anak yang ideal. Strategi coping yang digunakan oleh ketiga partisipan juga beragam, self-control, accepting responsibility, dan planful problem solving. Dalam relasi interpersonal, akibat tanggung jawab yang dimiliki untuk menjadi teladan, relasi interpersonal juga menjadi salah satu sumber stres besar untuk anak pendeta. |